BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai
cara untuk menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring
dengan perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari
masalah kesehatan reproduksi.
Keberadaan metode dan alat-alat kontrasepsi terkini,
memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga Berencana untuk memperbaharui
pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah memasuki tahapan yang jauh
lebih rumit, yaitu menyangkut masalah kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Sementara, cara pandang tradisional melihat masalah kontrasepsi hanya masalah
yang menyangkut perempuan.
Peningkatan
partisipasi pria dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi adalah langkah yang
tepat dalam upaya mendorong kesetaraan gender, meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV/AIDS serta penyakit menular seksual dan menyukseskan
pencapaian pembangunan Milenium (MDGs) 2015. Dalam MDGs isu pertumbuhan
penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi tidak disebutkan secara
eksplisit, namun banyak studi membuktikan MDGs tidak mungkin dicapai jika
persoalan dasar kependudukan tidak ditangani dengan baik.
Kontrasepsi
bukanlah tanggung jawab perempuan saja, sudah saatnya pria juga berpartisipasi
memikirkannya. Apalagi apabila sang isteri sudah merasa tidak nyaman dengan
kontrasepsi yang digunakannya, karena timbul efek samping seperti kegemukan,
tekanan darah tinggi, dan perdarahan per vaginam. Terbatasnya akses informasi
dan akses pelayanan Kontrasepsi pria dan minimnya kualitas pelayanan yang belum
sesuai harapan, terbatasnya pilihan cara dan metode Kontrasepsi pria yakni
kondom dan MOP, serta rendahnya dukungan politis dan sosial budaya.
Sebagai
alternatif, pria di Indonesia dapat memilih kondom atau vasektomi (kontrasepsi
bedah). Sedangkan pil KB pria masih dalam tahap uji klinis. Saat ini
keikutsertaan pria menggunakan alat KB hanya 1,6 persen. Jauh lebih rendah
dibanding wanita yang mencapai 98,4 persen. Penemuan metode baru
kontrasepsi pria diharapkan bisa memberikan alternatif pilihan ber-KB bagi
pria.
Pria
merupakan fokus baru untuk program KB yang selama ini belum banyak
diperhatikan. Kontrasepsi pria mempunyai harapan perkembangan yang cukup luas
di masa datang, dengan ditemukannya hasil penelitian baru. WHO sebagai badan
kesehatan dunia telah membentuk suatu Task Force untuk mencari
atau mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria yang aman, efektif,
reversibel dan dapat diterima, serta memonitor keamanan dan efektifitas metode
yang ada.
B.
Rumusan
Masalah
Setelah melihat latar belakang
tersebut, maka adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Jelaskan
pengertian alat kontrasepsi !
2. Jelaskan manfaat
alat kontrasepsi !
3. Sebutkan dan
jelaskan alat kontasepsi terkini !
C.
Tujuan
Dalam makalah ini, adapun tujuan
yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Untuk
memahami dan mengetahui pengertian alat kontrasepsi.
2. Untuk
memahami dan mengetahui manfaat alat kontrasepsi.
3. Untuk
memahami dan mengetahui alat-alat kontrasepsi terkini.
BAB II
ISI
A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/
menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur
dengan sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi
dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat
ataupun melalui prosedur operasi.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang mempengaruhi fertilisasi.
(Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi menurut Mochtar, 1998 adalah cara mencegah
terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan. Keluarga
berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi menurut BKKBN, 1999
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat
dipercaya; 2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3. Daya
kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; 4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus; 5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6. Mudah
pelaksanaanya; 7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat; 8. Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.
Macam-macam metode kontrasepsi yang sering di jumpai :
1.
Metode sederhana
a.
Tanpa alat
1)
KB alamiah
Yaitu : metode kalender, metode suhu basal, metode lendir
serviks, metode simpto-termal.
2)
Coitus Interuptus
b.
Dengan alat
1)
Mekanis (Barrier)
Yaitu kondom pria, barier intra vaginal (seperti diafragma,
kap serviks, spon, kondom wanita
2)
Kimiawi
Yaitu spermiside (seperti vaginal cream, vaginal busa,
vaginal jelly, vaginal supposituria, vaginal foam, vaginal soluble film)
2.
Metode modern
a.
Kontrasepsi hormonal
1)
Per-oral
Yaitu
pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning after pil
2)
Injeksi atau suntikan
3)
Sub-kutis (implant)
4)
Intra uterine devides
(IUD)
b.
Kontrasepsi non
hormonal
1)
Tubektomi
2)
Vasektomi
B.
Manfaat Kontrasepsi
Kontrasepsi
sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak
kehamilan, selain itu dengan kontrasepsi maka kita juga dapat melakukan
perencanaan keluarga termasuk didalamnya pengaturan jumlah anak.
C.
Alat Kontrasepsi Terbaru
Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan
teknologi memang terus berkembang dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi
beberapa penemuan terkini alat kontrasepsi diantaranya :
1. Kondom 'spray-on'
Seorang penemu di
Jerman telah membuat kondom dengan sistem semprot. Dengan kondom ini, dijamin
tak akan ada lagi yang bingung mencari kondom yang sesuai sebab kondom akan
menyesuaikan ukuran dengan sendirinya.
Menurut sang
penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur Institute for Condom Consultancy Jika
pergi ke toko obat untuk membeli kondom, yang kebanyakan dijual adalah yang pas
untuk pria dengan panjang penis rata-rata 14,5 cm. Tetapi banyak orang yang
memiliki penis lebih kecil atau lebih besar dari ukuran itu. Maka Krause menciptakan kondom yang disebut kondom 'spray-on'
dengan sistem pompa yang menyemprotkan lateks cair ke alat kelamin dalam
hitungan detik. Krause telah mengajukan hak paten untuk sistem penyemprotan
lateks yang ia ciptakan. Ia
mengaku sudah memiliki prototipe yang sukses dan penemuannya ini dalam
percobaan dapat menyesuaikan ukuran dengan ukuran yang paling besar sekalipun.
Untuk menggunakan
kondom semprot ini, pria memasukkan penisnya ke dalam tabung dan menekan tombol
untuk menyemprotkan lateks cair dari cartridge yang bisa dilepas. Karet lateks
akan mengering dalam hitungan detik. Setelah selesai digunakan, kondom ini bisa
dilepas seperti kondom biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering
adalah sekitar 20 - 25 detik. Tapi Krause sedang mengupayakan agar waktunya
bisa dipercepat lagi menjadi 10 detik.
Dalam survei yang
lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan yang berbeda dari para pria. Beberapa pria
mengatakan itu ide yang hebat dan akan sangat membantu karena sulit menemukan
kondom yang pas. Sedangkan lainnya mengatakan tidak bisa membayangkan cara
penggunaannya. Masalahnya adalah karena memakai kondom dianggap mengganggu
hubungan seks. Kondom spray-on ini dijual dengan harga yang lebih mahal
daripada kondom konvensional.
2. Kondom Spray
Sebuah perusahaan Cina bernama Blue Cross Bio-Medical menawarkan
suatu spray kondom (foam condom) yang dibuat dari silver “nanotech” partikel.
Alat kontrasepsi terbaru dengan spray condom. Alat kontrasepsi ini tidak
digunakan bagi laki-laki tetapi digunakan oleh pihak wanita.
Penggunaannya busa spray tersebut
disemprotkan ke vagina,
setelah itu busa spray akan membentuk semacam selaput dan
mencegah konsepsi serta melindungi terhadap infeksi. Semprotan spray
menggunakan polyvinyl alcohol resin sebagai bahan dasarnya, yang sudah terkandung
dengan silver “ nanotech ” partikel, sehingga memberikan spermicide dan
antiseptik pelumas yang dapat membantu mencegah penyakit menular seksual (PMS).
Sepertinya produk ini aman digunakan dan penggunaannya menurut produsennya,
Blue Cross Bio-Medical sebagai berikut ini :
b. Masukkan
selang kecil kedalam kaleng foam condom
c. Balikkan
kaleng foam condom (lihat di gambar)
dan arahkan selang kecil tersebut ke dalam vagina,
serta tekan dengan perlahan. Masukkan selang sekitar 6-8cm ke dalam vagina (panjang selangnya sendiri
sekitar 9cm). Tekan foam condom dengan jari telunjuk hingga busa memenuhi vagina.
d. Bersihkan
selang kecil itu
e.
Gunakan dalam 1-5 menit sebelum melakukan hubungan sexsual/jimak,
dan lakukan sekali lagi setelah selesai melakukan hubungan/jimak.
3. Suntik KB untuk Pria
Alat kontrasepsi akan semakin bermacam pilihan dan
tentunya akan menjadi alternative bagi pasangan suami isteri untuk menentukan
metode keluarga berencananya. Selama ini alat kontrasepsi suntikan ataupun pil
Kb hanya monopoli kaum wanita. Namun dengan penemuan yang terbaru ini, lelaki
sudah bisa menggunakan alat kontrasepsi suntik. Disatu sisi hal ini mungkin
menguntungkan kaum wanita karena bisa bergantian menggunakan alat kontrasepsi,
namun dilain pihak juga khawatir penemuan ini akan makin menumbuhsuburkan
perilaku seks bebas lelaki karena pria tidak takut lagi akan menghamili
pasangan yang sah.
Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat
kontrasepsi di Indonesia memang masih rendah. Selain kondom, vasektomi
(memotong saluran benih untuk menghambat transportasi sperma) merupakan pilihan
dari jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia untuk pria. Untuk mencari
alternatif kontrasepsi terbaru, kini para ahli tengah meneliti kontrasepsi pria
yang lebih efektif, yakni suntikan testoteron. Berdasarkan uji coba terhadap
1.045 pria sehat berusia 20-45 tahun di Cina, suntikan testoteron terbukti
efektif sebagai alat kontrasepsi pria.
Para responden
yang memiliki pasangan usia subur tersebut disuntik dengan 500 miligram formula
testoteron setiap bulan selama 30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan angka
kegagalan (terjadinya kehamilan) hanya 1,1 per 100 pria dalam kurun waktu 24
bulan. Para peneliti juga melaporkan tidak ditemukannya efek samping dalam
penggunaan suntikan ini. Selain itu, setelah penghentian suntikan, kemampuan
memproduksi sperma pada laki-laki tersebut kembali normal.
4. MOW tanpa Sayatan
Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa
sayatan pada perut mulai dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan pendekatan
histereskopi streilisasi wanita. Sebelumnya, ada dua teknik operasi sterilisasi
wanita pada umumnya, yaitu melalui sayatan ± 10 cm pada perut (minilaparatomi)
atau menggunakan teknik minim sayatan ± 1,5 – 2 cm pada perut (laparoskopi).
Teknik terbaru telah dikembangkan sejak lama dan terus
dimodifikasi sehingga lebih aman dan nyaman. Sekarang, dengan teknologi terkini
dan penemuan peralatan-peralatan terbaru yang sangat kecil serta menggunkan
bahan dasar terpercaya, teknik tersebut mulai diterima dunia kedokteran dan
masyarakat awam. Teknik ini menggunkan alat berupa histereskopi yang dimasukkan
ke dalam rahim melalui vagina dan mulut rahim.
Histreskopi adalah alat kedokteran yang terdiri atas
kamera mikro resolusi tinggi (high definition) dengan diameter 0,3 cm yang
disertai dengan working channel. Dengan histerekopi, dokter dapat melihat
keadaan di dalam rahim melalui monitor dan melihat secara tepat muara kedua
saluran telur. Setelah dokter menentukan saluran telur, alat steril yang sangat
kecil dimasukkan melalui working channel secara tepat ke dalam saluran telur
dengan bimbingan histereskopi secara tepat. Berbeda dari banyak alat
kontrasepsi lainnya, alat mikrosteril ini tidak mengandung hormon sehingga
tidak akan mempengaruhi siklus haid alami setiap bulan.
Tindakan tanpa sayatan itu bisa dilakukan baik dengan
pembiusan lokal maupun tanpa pembius di ruang praktik, khusus dan tidak
memerlukan waktu pemulihan lama. Sebab setelah operasi, pasien dapat langsung
pulang dan kembali ke aktivitas semula tanpa harus rawat inap. Histereskopi
sterilisasi wanita ini dapat dilakukan secara tepat, cepat dan mudah bila
ditangani tenaga kesehatan terlatih di sarana kesehatan lengkap.
5. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under
Guidance)/ Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan
Metode ini
pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor biomedis dari Indian
Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha. RISUG terdiri dari campuran
bubuk stirena maleat anhidrida (SMA) dengan dimetil sulfoksida (DMSO). Gel yang
dihasilkan disuntikkan ke vas deferens untuk melapisi dinding vas deferens dan
memblokir lorongnya (lumen).
RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)
/ Penghambatan Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan ini
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bekerja di dalam saluran vas
deferens atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma. Salah satu
keuntungan dari metode ini adalah karena bersifat sementara, sehingga kesuburan
dapat kembali apabila diinginkan. Suntikan ini sangat efektif dan per dosis
bisa bertahan hingga 10 tahun. Efek sampingnya juga sedikit dan dosisnya bisa
disesuaikan dengan kebutuhan.
RISUG disuntikkan
melalui metode yang mengekspos vas deferens seperti pada metode vasektomi tanpa
pisau bedah. Setelah
penerapan anestesi lokal, dokter membuat lubang di kulit skrotum yang sangat
kecil sehingga tidak memerlukan jahitan tetapi membuat vas deferens mudah
terlihat. Proseurnya dengan menyuntikan bahan sejenis polymer
yang berbentuk gel ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan
melapisi bagian dalam dinding vas deferens. Keseluruhan
prosedur biasanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Gel polymer tersebut nantinya akan
membunuh setiap sperma yang melewati saluran vas deferens sehingga mencegah
terjadinya kehamilan. Kemudian apabila pria menginginkan kesuburannya kembali
baik dalam hitungan bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan
dari saluran vas deferens melalui suntikan lain.
6. Pemanasan
Telah lama diketahui bahwa kenaikan
suhu yang sebentar pada bagian testis dapat menekan pembentukan sperma
(spermatogenesis), sementara kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi
patologi testis dan terjadinya cryptorchidism, varicocele serta ketidaksuburan
sementara.
Penelitian klinis yang dilakukan
untuk mengevaluasi potensi dari alat pembungkus bagian scrotal untuk digunakan
sebagai metode kontrasepsi pria yang praktis menunjukkan penurunan yang
reversible terhadap jumlah sperma tetapi masih kurang kuat untuk dijadkan
metode kontrasepsi yang terpercaya. Karena masih terdapat hal yang meragukan
termasuk masalah keamanan dari metode ini, maka penelitian lebih lanjut masih
terus dilakukan.
a.
Suspensory
Alat ini dirancang untuk menjaga testis pada
tempatnya, meningkatkan temperaturnya yang berdampak pada berkurangnya produksi
sperma. Alat yang berbentuk seperti celana dalam pria ini, harus digunakan
setiap hari agar efektif.
b.
External Heat
Sumber panas dari luar ini mirip dengan suspensory
yaitu meningkatkan temperatur disekitar alat vital untuk mengurangi produksi
sperma. Karena tergantung dengan temperatur tubuh, waktu yang dibutuhkan lebih
cepat dibandingkan menggunakan suspensory. Sauna, alat penghangat dan beberapa
peralatan bisa digunakan untuk membuat temperatur tubuh meningkat dan produksi
sperma berkurang.
c.
Pendekatan imunologis
Pada pendekatan
imunologis terhadap kontrasepsi, maka tubuh akan dibuat untuk menyerang
spermanya sendiri. Akan tetapi pendekatan ini banyak mengundang perdebatan
karena ketidakpastian untuk memperoleh kesuburan kembali, selain itu perbedaan
species antara hewan dan manusia menyebabkan kesuksesan pada percobaan dengan
hewan lebih sulit untuk diadaptasikan ke manusia dibandingkan metode lain.
Sampai saat ini, metode ini pun masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
7.
Metode Kontrasepsi Hormonal
a. Testosterone
Penelitian
mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria pada awalnya banyak menggunakan
testosterone yang digunakan untuk mengelabuhi otak sehingga menghentikan
produksi sperma. Tetapi hal tersebut ternyata tidak terlalu sukses apabila
dibandingkan dengan kerja pil kontrasepsi pada wanita yang dapat menghentikan
terjadinya ovulasi.
b. Prolaktin
Penelitian terbaru akhirnya banyak dilakukan untuk menemukan
hormon lain yang dapat mempengaruhi produksi sperma. Hormon tersebut adalah
prolaktin, hormon yang biasa terdapat pada wanita hamil untuk mengontrol produksi
air susu ternyata terdapat juga pada pria.
Untuk dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tablet yang
dapat menghambat produksi prolaktin harus diminum setiap hari yang dibarengi
dengan suntikan/implant yang mengandung testosterone. Hal ini juga masih
menimbulkan perdebatan terutama mengenai tingkat kepatuhan pria untuk minum pil
tersebut setiap hari.
c. Desogestrel
Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan
pemberian desogestrel (digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita) dan koyo yang
mengandung testosterone untuk digunakan sebagai kontrasepsi pada pria. Cara
kerjanya adalah : desogestrel akan menghentikan produksi testosterone di testis
sehingga produksi sperma juga terhenti, sedangkan koyo testosterone akan
menyediakan kebutuhan testosterone yang diperlukan oleh bagian tubuh yang lain
(tanpa adanya testosterone, maka pria akan Kehilangan bulu-bulu di wajah dan
payudara akan membesar). Akan tetapi kesuksesan metode ini pada pria yang
penggunakannya hanya sekitar 60 %.
Oleh sebab itu, maka penggunaan kontrasepsi hormonal pada
pria sampi saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, walaupun tidak
mustahil suatu saat nanti akan ada kontrasepsi hormonal untuk pria yang
se-efektif dan se-aman seperti kontrasepsi hormonal untuk wanita.
d. Suntikan
progesteron
Pemberian
hormon progesteron pada pria akan berdampak pada turunnya produksi sperma.
8.
Pil Kontrasepsi Non Hormonal
a. Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa)
Saat ini tengah dikembangkan metode kontrasepsi bagi pria
dari ekstrak tanaman Gandarusa. salah seorang peneliti dari universitas
Airlangga Surabaya, Drs. Bambang Prayogo, Apt. yang meneliti khasiat dari
tanaman Gandarusa dan pengaruhnya sebagai kontrasepsi alami bagi pria.
Kandungan kimia tanaman gandarusa adalah Alkaloid, saponin, Flavonoid,
Polifenol, Alkaloid yustisina dan minyak atsiri, bagian tanaman yang digunakan
adalah seluruh bagian tumbuhan.
Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa, dan
saat ini proses penelitian tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs.
Bambang, cara kerja senyawa ekstrak
gandarusa ini mirip seperti metode hormonal KB. Yakni menurunkan aktifitas
enzim hialuronidase didalam spermatozoa, sehingga sel sperma tidak mampu
menembus sel telur. Pada
fase pertama penelitiannya, dilibatkan 36 subyek sehat dan subur. Setelah itu,
obyek penelitian dilipatgandakan menjadi 120 pasangan usia subur (PUS). Dari
hasil uji klinik tersebut, ternyata 100 persen memiliki hasil maksimal. Tidak
terjadi kehamilan pada si wanita. Dalam uji coba ketiga ini Drs. Bambang telah
mengujikan hasil temuannya kepada sekira 350 pasangan muda subur. Proses uji
coba ini masih berjalan dan sebentar lagi akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Diungkapkan Bambang untuk membuat kapsul dibutuhkan waktu
yang sangat lama. Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi membutuhkan waktu
puluhan tahun karena langsung bersentuhan dengan masyarakat. Mulai mencari
bahan, memproses secara ilmiah yang benar-benar steril, hingga pengujian di
masyarakat. Dalam uji coba itu, pasangan muda harus minum kapsul setiap hari
sekali selama 30 hari.
Serangkaian penelitian panjang selama bertahun-tahun ini
memang benar-benar membuktikan ekstrak daun gandarusa sudah terbukti efektif
untuk mencegah kehamilan bagi sang istri. Meski berhubungan dengan pasangan,
dengan mengonsumsi pil KB pria ini secara teratur kelahiran bisa dicegah. Bahkan
para pria yang merupakan akseptor KB tersebut mengaku makin jantan. Saat ini
proses pengembangan itu sudah selesai, sehingga 2012 diperkirakan pil KB pria
pertama di dunia ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam penelitian didapati penggunaan pil KB khusus pria ini
tak akan mengakibatkan menurunnya gairah seks. Bambang mengharapkan tidak ada
penyalahgunaan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Pria yang mengonsumsinya
dijamin tetap bisa melakukan rutinitas pemenuhan kebutuhan batinnya, tanpa
takut pasangannya mengalami kehamilan. Jadi tak perlu takut. Hanya saja yang
perlu dicatat adalah jika benar ini sudah diedarkan jangan sampai disalah
gunakan.
Gandarusa, merupakan tanaman herbal yang sudah dimanfaatkan
oleh sebagian besar masyarakat sebagai tanaman obat. Menurut situs Wikipedia,
tanaman gandarusa ini selain memiliki sifat antispermatozoa juga memiliki efek
analgetik, antidiuretik. Menurut salah seorang pembudidaya gandarusa, Tini
Hartini, Gandarusa ini bisa digunakan sebagai obat anti nyeri ketika keseleo.
b. Bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok
reseptor asam retinoat (suatu zat untuk metabolisme vitamin A).
Sedangkan studi di luar negeri meneliti suatu obat yang dapat
menghambat produksi sperma. Saat ini penelitian mencapai tahap uji pada hewan
coba. Hal ini memberikan harapan baru bagi perkembangan KB untuk pria. Pada
suatu jurnal endokrinologi disebutkan penelitian eksperimental suatu bahan BMS
189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu zat untuk metabolisme
vitamin A). Vitamin A ini merupakan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan dalam
proses pembelahan dan kelangsungan hidup sel-sel sperma di testis. Cara kerja
pil KB pria ini berbeda dengan pil KB perempuan yang berisi hormon sintetis.
Seperti kita ketahui bersama bahwa vitamin A berperan penting
dalam mempertahankan fungsi penglihatan, tetapi penggunaan pil KB pria ini
ternyata tidak mengganggu fungsi penglihatan. Para peneliti menyebutkan bahwa
terdapat jalur yang berbeda antara fungsinya dalam proses penglihatan dengan
proses produksi sperma.
Dalam suatu studi, peneliti memberikan pil ini pada hewan
coba. Hasil penelitian menunjukkan produksi sperma berhenti sehingga
menyebabkan hewan coba ini mengalami kemandulan selama 2-4 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa obat ini mempunyai efek temporer.
c. Nifedipine
Adalah jenis obat yang termasuk calcium channel blockers
(CCBs). Penelitian menunjukkan CCBs bisa menghambat saluran kalsium dalam
membran sel sperma. Hal itu akan berdampak menghambat kerja sperma tetapi tidak
berpengaruh pada produksinya. Seseorang yang mengonsumsi nifedipine jumlah
spermanya tetap tetapi fungsinya menurun.
9. Ultrasound
Saat ini, peneliti dari Universitas North Carolina, AS,
sedang menguji apakah gelombang ultrasound bisa menjadi metode kontrasepsi baru
bagi pria. Penelitian ini menemukan, gelombang ultrasound di bagian testis
diketahui cukup aman menghentikan produksi sperma selama enam bulan. Prinsip kerjanya adalah menembakkan ultrasound ke testis supaya produksi sperma
turun sampai tingkat nol. Angka ini merupakan angka ideal untuk mencegah
terjadinya konsepsi atau kehamilan. Namun, para peneliti masih berkutat
untuk mencari tahu cara mengembalikan kesuburan pria setelah melakukan metode
ini. Pasalnya, ada kemungkinan pria ingin memiliki anak lagi.
Mengembalikan kesuburan menjadi isu penting, karena sekali
testis berhenti memproduksi sperma dan cadangan sperma dikosongkan, pria akan
menjadi tidak subur sementara. Menurut Dr James Tsuruta alat kontrasepsi ini
dapat diandalkan selama 6 bulan, dengan biaya murah dan termasuk kontrasepsi
non-hormonal dengan satu kali perawatan. Dr Tsuruta juga menambahkan, metode
ultrasound ini sudah umum digunakan sebagai instrumen terapi dalam kedokteran
olahraga atau klinik terapi fisik. Maka itu, diharapkan tujuan jangka panjang
penelitian ini adalah menciptakan alat KB yang sesuai untuk pria, tanpa
membahayakan kesuburan.
10. Implant Terkini
Susuk/implant disebut alat kontrasepsi bawah
kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas,
alat kontrasepsi ini
disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung
kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang
akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon.Susuk tersebut akan
mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya
ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap
5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Pencabutan
bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
Macam Implant
a.
Non
Biodegradable Implan
1)
Norplant
(6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun.
2)
Norplant-2 (2 batang),
berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3 tahun.
3)
Norplant
1 batang, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun.
4)
Norplant
1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya kerja 2,5 – 4 tahun.
Saat ini di Indonesia sedang di uji
coba IMPLANON, implant 1 batang dengan panjang 4 cm, diamater luar 2 mm,
terdiri dari suatu EVA (Ethylene Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3 ketodesogestrel
yang dikelilingi suatu membran EVA, berdaya kerja 2 – 3 tahun.
b.
Biodegradable
Yang sedang
diuji coba saat ini :
1)
Copronor
PP
Suatu kapsul polymer berisi hormon
levronorgastel dengan daya kerja 18 bulan.
2)
Pellets
Berisi norethindrone dan sejumlah
kecil kolesterol,daya kerja 1 tahun
c.
Yang
Paling Sering Dipakai
1)
Norplant
a)
Dipakai sejak tahun 1987
b)
Terdiri
dari 6 kapsul silastik (karet silicone) yang berisi dengan hormon
levonorgestrel dan uung – ujung kapsul ditutup dengan silastik adhesive
c)
Sangat
efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun
d)
Saat
ini norplan yang paling banyak dipakai
2)
Implanon
a)
Dipakai
sejak tahun 1987
b)
Terdiri
dari 2 batang silatik yang padat panjang tiap batang 40 mm, diameter 2,4 mm
c)
Masing
– masing batang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogastrel di 2 matriks batang
d)
Sangat
efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
3)
Jadena
dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg levonorgastrel dengan lama kerja 3 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar